Matahari sudah melangkah tinggi diatas awan. Ramai jalanan
dipenuhi kendaraan hingga macet berdesakan. Debu kendaraan cukup menyesakan
orang – orang dijalanan. Anak sekolah sudah mulai kelelahan memikirkan jawaban
soal matematika. Tukang kurir sudah mengirimkan beberapa barang ketujuannya dan
beberapa orang tua sudah mulai berdatangan ke masjid untuk sholat dzuhur. Adzan
pun berkumandang tepat pada waktunya. Karena dekatnya tempatku bertinggal
dengan masjid ini membuat jendela rumahku sampai bergetar. Saat itulah aku baru
terbangun.
“hoamzz” sambil meluruskan tangan dan kakiku
Sudah beberapa hari aku selalu terbangun seperti ini. Jadwal
untuk hari ini sama seperti hari hari sebelumnya. Semua jadwalku terpampang di
kalender kertas yang ku gantung di pintu kamar ini. Siapapun bisa langsung melihatnya dengan jelas bahwa
kolom besar dibawah tanggal – tanggak itu benar – benar kosong tanpa satu huruf
pun. Tidak dapat disangkal memang aku tidak ada jadwal apapun karena sedang
dalam masa libur.
Meskipun sudah
terik sekali matahari menembus tirai jendela yang kebetulan berwarna keemasan
ini aku masih tidak bergerak sedikitpun dari tempat tidur ini. Entah mengapa
seperti ada suatu medan tarikan besar yang membuat tubuh ini tidak mampu
bangun.
Satu – satunya bagian
tubuhku yang dapat bergerak saat ini hanyalah tangan kananku yang mencoba
meraih handphone. Dengan sekuat tenaga tangan kananku ini meraih handphone yang
entah aku lupa dimana terakhir kalinya ku menaruh benda itu. Sayangnya
pergerakan tangan ku tidak dapat dibantu oleh mata yang masih terpejam dalam –
dalam. Kutelusuri seluruh bagian kanan dari atas sampai bawah namun tidak
kurasakan benda keras itu. Ku selipkan tangan dibalik bantal yang tertindih
oleh kepalaku namun masih tidak kurasakan benda keras itu. Kegelisahan ku mulai
menaik tinggi. Mataku terpejam dan semakin terpejam sambil fokus merasakan
apapun yang tangan kananku mampu telusuri. Celaka, usaha tangan kananku tidak
menghasilkan apa – apa. Lalu kutarik nafas dalam untuk mengumpulkan kembali
tenaga yang tersisa. Dengan segala kekuatan yang kupunya sekarang, kubangkitkan
tangan kiriku. Tanpa berlama – lama tangan kiriku langsung menapaki area kiri.
Dengan geraka kilat kutelusuri selipan bantal di kepala. Menjalar ke tengah dan
dilanjutkan penelusuran kebawah ujung batas dari tangan kiriku. Panik semakin
menjadi – jadi karena handphone ku belum kutemukan juga. Kini kedua kakiku
kugerakan secara bersamaan keseluruh
bagian bawah dari tempat tidurku ini namun belum kurasakan juga dimana
handphone-ku itu. Gelisah, cemas dan panik menjadi satu. Mataku spontan terbuka
dan nafasku berjalan dengan cepat. Entah dari mana asalnya aku seperti memiliki
kekuatan mendadak untuk melawan gravitasi dari kasurku ini. Tubuhku terangkat
dengan cepat, kakiku dengan kuat menapak pada lantai bawah, tanganku dengan
gagah mengangkat dan melempari apapun yang ada diatas kasurku dan mataku
bergerak sana – sini mencari handphoneku bagaikan sedang membaca berita jual
beli dalam koran. Kobaran tenaga ini sangatlah besar hingga aku sendiri tidak
dapat mengontrolnya. Hentakan demi hentakan pencarian dan penulusuran handphone
yang masih belum ditemukan membuat tenaga ini semakin meledak –ledak rasanya.
Mungkinkah ini aku sedang kerasukan sesuatu? Ataukah aku mendapatkan kekuatan yang
selama ini terpendam jauh dalam batin ku?. Aku sudah tidak tau lagi.
“mana sh hpnya”
aku sudah tidak tahan lagi akan kegelisahan ini. Aku sudah tidak tau lagi harus
cari dimana hp ku. Tak terasa keringat telah membasahi seluruh tubuhku. Aku
merasa telah mencarinya cukup lama tapi tidak ketemu juga. Ku tengok jam
dinding yang berada tepat dibelakangku, ternyata waktu belum berjalan lama.
Mungkin karena aku terlalu panik, aku jadi merasakan waktu berjalan begitu
lama. Dan keringat yang telah bercucuran ini pun seperti telah berlari
mengitari GBK sepuluh kali. Tenagaku sudah terkikis, harapanku mulai pupus.
Sekejap tubuhku terjatuh ke kasur tengkurap dan stres. Aku sudah hampir
kehabisan tenaga, bahkan untuk berfikir sedikit pun. Tapi, tunggu dulu mungkinkah
semalam ada maling yang masuk kedalam rumah ini. Pemikiran ini sekajap mengubah
diriku 180 derajat. Tenagaku tiba – tiba kembali pulih. Aku bangun dengan
sigap, menengok ke arah jendela kamar, tapi tidak terjadi apa – apa. aku masih
belum menyerah, aku melihat sampai dalam engsel – engsel jendela, ternyata aman
– aman saja. Kini aku berlari ke arah pintu dan melihat detilnya, masih aman –
aman juga. Aku cek keluar kamar dan ternyata masih aman – aman juga. Aku stres
tidak tertolong, pikiran ku kosong, hp hilang membuat hati bagaikan bolong.
Aku melangkah
tertatih – tatih bagaikan tentara yang baru tertembak di dadanya. Berjalan
terhuyung – huyung bagai akan jatuh setiap langkahnya. Sesampainya dikamar aku
menjatuhkan diri dilantai. Begitu hikmatnya jatuhku sampai aku rela kalau
aku akan mati sekarang juga.
“aw... sakit bet
jatoh”
Aku tahu kalau
kujatuhkan diriku akan terasa sakit, tapi rasanya jatuh ini lebih sakit dari
yang kubayangkan. Sepertinya aku menindih benda kecil yang cukup keras. Tunggu
dulu... mungkinkah... mungkinkah ini... seperti yang telah kuharapkan....
dengan sigap aku bangun dan kulihat. Ternyata hp ku sedang di cas di stop
kontak yang ada di bawah.
Senang sekali
rasanya saat kutemukan hp ini. Sedih terharu rasanya, sampai – sampai mataku
meneteskan butiran – butiran air kecil yang mulai mengalir ke tepian pipikku.
Keperhatikan baik – baik hpku, elok nan indah sekali. Letak kameranya yang
keren, bezelnya yang kokoh,tutup belakang yang mantap, pokoknya semuanya keren
banget. Dengan perlahan aku menjulurkan
tanganku kebawah, kupegang hp ku dari dua sisi bezel itu, kucabut kabel
chargernya, ku tekan tombol powernya, dan kubalikan hpku.
“cerobohnya aku”
Garis lurus
panjang diagonal menjadi hiasan hp ku. Layarku retak.
“(hewan
menggonggong) udah cape cape nyari, sampe kepikiran ada maling, eh... pas
ketemu malah gini (bab satu) (kotoran dari sistem pencernaan) lah”
Begitulah kisah bangun
tidurku pada tanggal 16 Agustus 17
Comments
Post a Comment