Teringat lagi ucapan randi kemarin. Pagi ini aku terbangun dengan mimpi yg tidak akan kulupakan. Mungkin inikah yang dinamakan dengan sakit hati. Tidak ada yang terluka dan tidak pula ada yang aneh dengan tubuhku namun dadaku sesak sekali. Sebenarnya aku memang tidak sepenuhnya jujur dengan perkataanku kemarin. Tapi bagaimanapun juga ia adalah temanku sejak lama. Kebahagiannya adalah kebahagiaanku juga. Meskipun hati ini tidak dapat menerima seluruhnya namun janji telah terucap. Seseorang telah percaya akan itu dan tugasku sekarang hanyalah menepatinya. Cepat atau lambat, mau atau tak mau dan suka atau tak suka lelaki sejati harus menepatinya.
Tapi apakah aku mampu…
Menepatinya…
Sudahlah jika ku terlalu memikirkannya maka taka da
satupun dari hal lain yang dapat kukerjakakan. Waktu terus berjalan, hari akan
terlewat dan janji akan tertagih dan lina pun akan menghilang.
*getar hp
“eh masih dirumah?”
“eh iya”
“cepet dah mau masuk masih aja
dirumah”
“hah, iya deh”
Kututup telepon dari randi dan ku
taruh dimeja belajarku. Ku rebahkan diri kembali ke kasurku. Orang – orang
mengatakan bahwa tempat tidur memiliki kekuatan gravitasi tinggi yang membuat
seseorang yang tidur diatasnya tidak mampu mengangkat diri dan tertahan disana.
Kali ini aku juga merasakan yan sama tapi sepertinya aku tidak hanya tertahan
disini. ku lemparkan diriku kembali kedalam mimpi. Disana adalah satu – satunya
tempat bagiku untuk bisa merasakan apapun tanpa menyentuh dinding kenyataan.
Realita tidak akan pernah menyamai dengan apa yang tengah terjadi didalam ruang
mimpi ini. Senang ceria dan semua kenangan bersamanya membuatku kembali
tersenyum. Aku berdoa kepada tuhan bahwa aku berharap mati didunia nyata dan membiarkan aku hidup didunia ini
untuk selamanya. Kurelakan semua cita – citaku yang telah kurintis sejak dini.
Kurelakan semuanya hanya untuk ini, hanya untuk melihatnya tersenyum oleh
candaku meskipun hanya dalam mimpi. Semua kurelakan hanya untuknya. Hamper
pukul tujuh yang kulihat di hp tadi sesaat sebelum tubuh ini kembali dalam
angannya. Persetan dengan itu semua. Ku tak peduli lagi.
Siang telah menyongsong harinya
dan juga satu hari ini aku telah membolos sekolah. Tidak penting sekarang
tentang sekolah, hal tadi pagi tentang mimpi itu tidak kupikirkan lagi. Mataku
masih memejam dan ku belum berani membukanya sedikitpun. Aku masih mencoba
membayangkannya seperti dalam mimpi namun aku yakin doaku pagi tadi kepada
tuhan sepertinya tidak terkabulkan. Meskipun sampai sekarang aku belum membuka mata ini tapi aku dapat mendengar
suara suara dari luar. Memang kamarku ini persis disamping jalan yang cukup
besar bahkan untuk dilalui dua mobil. Orang
tuaku sepertinya pergi pagi sekali hingga tidak sempat mengecek dan membangunkanku.
Sudahlah aku tak mau memikirkan hal lainnya. Dari pagi tadi otakku terus
berkutat dari ujung hingga ke ujung dan berputar putar tentang janji kemarin
kepada randi. Sepertinya inilah akhir dari siang ini aku sudah tidak bisa
menahan mataku untuk memejamkannya karena semakin lama ku memaksa untuk
memejamkannya semakin besar dorongan untuk membukanya. Seakan akan tubuhku ini
menolak untuk menuruti apa yang aku mau. Apakah ini yang dimaksud dengan kuasa
tuhan. Apakah aku dipaksa untuk melihat kenyataan. Sudahlah lebih mudah jika
aku buka pandangan mata ini. Lagi pula yang pertama kali kulihat hanyalah atap
kamarku yang hanya berhiaskan oleh kipas dan lampu putih yang masih menyala.
Tapi sepertinya dari tadi aku mendengar getaran – getaran kecil di sebelahku.
Seingatku aku menaruh teleponku tadi diatas meja. Tapi ini terasa sangat
dekat sekali dengan wajahku. Aku ingin
mengetahuinya namun aku benci untuk membuka mata ini. Lebih baik kutengokkan
wajahku dan mencoba mengambilnya dengan tangan kananku. Kan ku ambil dulu
dengan tangan ini sebelum ku membuka wajahku. Tapi terlalu lama berbaring
ternyata juga membuat tanganku ini agak pegal. Hingga mencoba meraih telepon
saja merasa menjadi hal yang berat. Tapi tunggu dulu tanganku ini bahkan tidak
dapat bergerak sama sekali. Aneh rasanya tidak mungkin tanganku menjadi tidak
bisa bergerak. Apakah ternyata doa ku tadi dikabulkan oleh tuhan dan aku benar
benar telah mati tapi mengapa aku dapat mendengar suara dari luar dan dapat
merasakan getaran didekat wajahku ini.
*uh ehm ehm
Itu suara seseorang. Suara yang
sangat familiar kudengar. Rasanya ku mengenal suara itu lebih dari yang lain.
Mungkinkah ini terjadi. Bahkan aku sendiri tidak berfikir kalau sampai begini.
Mungkinkah dia datang kemari dan menganggapku telah mendadak jatuh sakit.
Mungkinkah tapi rasanya benar benar nyata. Pasti tuhan benar benar telah
membunuhku dan menetapkanku didalam dunia mimpi namun mungkin aku belum masuk
sepenuhnya . tapi mataku ini
sepertinya sudah tidak kuat lagi menahan pejam mata ini. Aku menyerah tuhan.
Kerelakan semuanya padamu keadaan ini. Keadaan yang begitu memilukan hingga
hanya aku dan engkau yang maha kuasa
sajalah yang sangat tahu hal ini. Ku buka mata ini.
Tidak kusangka air mataku
mengalir sesaat setelah membuka mata ini. Doaku yang telah terucap tadi tidak
dikabulkan oleh tuhan. Mungkin memang bukan itulah yang aku butuhkan saat ini. Bagaimanapun
juga aku hidup didunia nyata. Tapi hal seperti ini sepertinya tidak mungkin
terjadi kepadaku. Ternyata tuhan memberiku yang terbaik untuk saat ini. Memberi
obat rindu yang akan menghilangkan rasa sakitnya dalam sekejap yaitu orang yang
kita rindukan itu sendiri.
Pantas saja tanganku tidak dapat
bergerak karena memang lina berada di atasnya. Tangannya memegang tanganku dan
mendekapnya dalam pelukan. Ia tertidur dalam duduk di kursi belajarku. Telepon disebelahku
ternyata adalah teleponnya dan milikku tetap berada ditempatnya. Kepalanya
bersandar di pahaku. Wajahnya seakan telah menatapku sejak lama dan hingga
tertidur. Ku lihat jam dinding diatas pintu kamarku dan ternyata sekarang
bukanlah siang melainkan sudah hampir menyentuh malam. Cahaya matahari dengan
jelas memberi efek warna oranye kepada wajah lina dan membuatnya semakin
terlihat cantik. Entah kenapa aku ingin sekali hal ini terus terjadi seperti
ini dan tidak berubah untuk selamanya. Namun aku tahu tuhan tidak
menciptakakanku sebagai manusia abadi. Mungkin setidaknya hingga saat nanti aku mati aku ingin melihat hal seperti ini
terus menerus. Tapi sepertinya tidak akan terjadi selama itu. Lina pun mulai
terbangun.
Comments
Post a Comment